Serapi-rapinya sebuah kebohongan disembunyikan, kelak pasti akan terungkap juga. Seperti malam ini, ketika lagi-lagi aku harus menelan mentah-mentah kenyataan yang justru menyakitkanku. Tapi, setidaknya aku bersyukur karena aku mengetahuinya dari bibirmu sayang, bukan lewat mulut-mulut yang mungkin takkan kupercayai jika orang lain yang mengatakannya. Aku hargai kejujuranmu sayang :')
Sayang, maaf jika saat mendengar ceritamu tadi, aku tak mampu menbendung air bodoh yang terus mengalir di kedua pipiku. Bahkan, saat menulis ini pun, aku belum mampu menghentikannya :')
Ahh!
Sayangnya, hal yang selama ini aku agung-agungkan karena bisa menjadi perempuan pertama yang mengisi hari-harimu ternyata bagian dari sandiwara yang tengah kau mainkan. Ada perempuan lain yang lebih beruntung daripada aku. Tapi, menjadi yang pertama, kedua, ketiga, atau yang kesekian kalinya itu tak terlalu penting buatku, karena impian terbesarku adalah dapat menjadi yang terakhir dalam hidupmu :')
Sayang, aku tak iri pada mereka yang pernah memilikimu bagiku mereka adalah bagian dari masa lalumu yang harus kuterima. Bukankah setiap orang memiliki masa lalu? :)
Tapi, jika boleh jujur aku iri pada 2 orang yang bahkan tak pernah kau miliki tapi pernah kau perjuangkan dengan sangat. Sebut saja A dan B (aku tak perlu mencantumkan nama). Yah! Mereka yang bahkan bisa kau ingat dengan jelas setiap detik bersama mereka.
Saat kau bercerita tentang A yang kau kejar sejak kau duduk di bangku SMP dan pada akhirnya bertemu kembali di SMA, aku masih bisa menahan bulir-bulir hangat yang siap menetes dari pelupukku. Meski takdir tak berpihak padamu, kau bahkan masih menyimpan rasa untukknya.
Sampai akhirnya kau bertemu dengan si B seseorang yang menurutmu memiliki bayangan si A dalam dirinya. Perlahan rasamu tumbuh padanya dan membuatmu berhasil melupakan A. Tapi, di saat yang bersamaan, aku hadir di antara kalian. Membuatmu bingung, mungkin juga iba. Tapi, entah kenapa kau memilihku. Kau menyebutnya TAKDIR.
Sayang, aku bahkan tak bisa menahan isakku ketika kau mengatakan bahwa kau masih menyimpan kecemburuan ketika kau melihat B dengan laki-laki lain sementara saat itu, kau jelas-jelas sudah resmi menjadi milikku. Lantas, saat itu, aku siapa bagimu? Persinggahan? Pelampiasan? Pelarian? Atau memang sekedar perasaan iba?
Tapi, ya sudahlah! Toh, katamu sekarang semua sudah berubah. Aku yang memilki raga dan hatimu, bukan dia ataupun dia.
Sayang, dengan segala puja dan puji aku bersyukur pada Tuhan yang telah mempertemukanku denganmu. Bahkan Dia memberiku kesempatan untuk memilikimu, entah sampai kapan. Tapi, kuharap selamanya.
Meski kau jelas-jelas mengatakan bahwa pada akhirnya aku tetap tersakiti, aku tetap percaya pada janji Tuhan. Bukankah selalu kukatakan, Allah Maha Melihat dan Maha Mendengar sayang. Aku selalu yakin Dia akan memperhitungkan perjuanganku :)
Jika alasanmu adalah jarak, bukankah dengan yang dulu kalianpun pernah terhalang jarak? Lantas, tak inginkah kau mencobanya denganku sayang?
Jika kau bilang takdir yang membuatmu memilihku, aku berharap takdir pula yang akan membuatmu bertahan.
Aku mencintaimu sayang. Dan aku tak akan pernah bosan mengatakannya padamu :)
ILYSM Do'♥
Tidak ada komentar:
Posting Komentar